Sebagai negara yang memiliki potensi biomassa yang sangat melimpah, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkannya dengan optimal, guna memenuhi kebutuhan energi maupun produk-produk kimia secara mandiri. Gagasan tersebut dapat diwujudkan mengingat banyaknya biomassa memiliki cabang-cabang pemanfaatan yang sangat luas. Konsep biorefinery sendiri dimunculkan untuk mengolah biomassa menjadi beragam produk turunan, sebagaimana analog dengan konsep petrolium refinery yang mengolah minyak bumi menjadi berbagai produk.
Buku Dosen
Dalam rangka mengembangkan energi terbarukan berbasis biofuel, perlu dipilih sumber daya yang mampu menyediakan kapasitas produksi yang diinginkan, tetapi di sisi lain tidak mengganggu kepentingan pangan dan ketersediaan lahan. Mikroalga sebagai sumber biofuel generasi ketiga memenuhi kriteria tersebut dan memiliki potensi strategis untuk diterapkan di Indonesia. Pemanfaatan mikroalga pada umumnya dilakukan melalui kandungan lipid dan biomassanya. Pemanfaatan mikroalga secara umum diawali oleh proses kultivasi, pemanenan, ekstraksi kandungan lipid, dan konversi menjadi energi.
Kota-kota di dunia saat ini sudah menginjak usia hampir ratusan tahun. Bukanlah perkara mudah untuk mempertahankan kota agar tetap dikenal dan tetap ditinggali oleh penduduknya. Oleh karena itu, kota haruslah berusaha untuk ‘hidup’ dan ‘menghidupi’ penduduknya. Kota harus mampu menjadi tempat nyaman, baik untuk ditinggali, dikunjungi, dan sebagai tempat untuk bekerja dan berusaha.
Hal ini menjadi kesempatan bagi arsitek, perencana kota, terlebih pemerintah kota untuk selalu memperbaiki kotanya, membuat inovasi dan terobosan untuk menciptakan “better space, better living”. Konsep arsitektur hijau memberi ruang pada inovasi kota untuk menciptakan kawasan yang baik yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat akan eksistensi untuk di-“orang”-kan. Ketersediaan ruang yang baik akan membahagiakan manusia yang tinggal, yang berujung pada kehidupan kota yang sejahtera, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan.
Buku biodiesel ini ditulis dengan harapan pembaca mempunyai wawasan yang komprehensif terkait biodiesel mulai dari bahan baku, proses, teknologi, sampai aspek kesehatan. Pada Bab 1 dipaparkan sejarah pemakaian biodiesel serta gambaran status biodiesel. Juga disajikan proses dan katalis yang digunakan pada pembuatan biodiesel. Pada Bab 2 dan 3 dipaparkan teknologi terkini yang dikembangkan untuk membuat produksi biodiesel lebih efektif. Pada Bab 4 diuraikan parameter-parameter yang memengaruhi kualitas biodiesel yang dihasilkan. Pada Bab 5 diuraikan tinjauan aspek kesehatan dan lingkungan pemakaian biodiesel. Bagi yang ingin mempelajari modelling proses biodiesel, pada Bab 6 disajikan urutan perhitungan yang diperlukan untuk proses simulasi proses biodiesel. Pada bagian akhir buku ini, yaitu pada Bab 7 dipaparkan kebijakan dan regulasi tentang biodiesel.
Distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup signifikan. Suatu campuran komponen cair-cair yang saling larut dan keduanya merupakan komponen yang volatil, tetapi memiliki perbedaan titik didih yang cukup signifikan, dapat dipisahkan dengan cara distilasi. Umpan pada proses distilasi dapat berupa campuran biner (campuran 2 komponen) atau campuran multikomponen yang terdiri atas fase cair saja atau campuran uap dan cairan. Komponen yang paling volatil dalam campuran tersebut akan membentuk fase uap dan diperoleh sebagai produk atas pada menara distilasi, sering kali disebut dengan istilah light key component. Sementara itu, komponen yang kurang volatil pada campuran akan tetap berada di fase cair dan diperoleh sebagai produk bawah pada menara distilasi, dikenal dengan istilah heavy key component.
Buku ini sengaja penulis sajikan dengan bahasa yang komunikatif, agar pembaca dapat dengan santai menikmati sekaligus merasakan dan mempelajari konsep dan implementasi sistem. Buku ini penulis selesaikan sebagai jawaban atas keprihatinan penulis terhadap pola pikir sistem, konsep dan implementasinya yang masih sangat langka di masyarakat. Hampir disetiap permasalahan yang muncul disebabkan oleh lemahnya pemahaman berfikir kesisteman, apalagi berperilaku maupun berkarya secara sistemik.
Sebagai contoh masalah yang terkait dengan rendahnya pola pikir sistem di masyarakat adalah misalnya adanya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang semakin intensif, permasalahan pengelolaan sampah yang tidak kunjung selesai, masalah pencemaran air sungai, danau, pantai dan air tanah yang makin meningkat, masalah kemacetan lalu lintas yang semakin parah, masalah politik dan hukum yang semakin kusut, masalah pendidikan yang belum menemukan jalan terang dan masalah-masalah lainnya. Masalah ini menurut penulis adalah masalah interdisipliner yang harus diselesaikan secara komprehensif dengan pola pikir sistem. Bangsa ini kenyataannya masih terpisah-pisah oleh sekat-sekat berfikir sektoral dan kurang apresiatif terhadap pola pikir integralistik sistemik. Kiranya buku ini dapat menyumbangkan konsep dan implementasi pola pikir sistem sebagai dasar berpijak dalam membangun bangsa ke depan.
Sempadan sungai akan menjadi permasalahan yang paling krusial dalam penataan kawasan sepanjang alur sungai. Hal ini karena penataan sempadan sungai menyinggung masalah kepemilikan lahan, ekosistem sungai, kelembagaan, bencana alam, aset vital milik privat/publik dan masalah sumberdaya air yang kompleks. Buku ini memberikan penjelasan secara akademis dan praktis interdisipliner bagaimana menentukan garis sempadan dan manfaatnya bagi ekosistem sungai maupun manfaat bagi masyarakat luas yang berkeadilan. Untuk meyakinkan masyarakat, maka diketengahkan semua peraturan-peraturan terkini maupun yang sudah diganti terkait sempadan sungai, baik peraturan terakhir maupun peraturan sebelumnya. Bagaimana menentukan tepi sungai sebagai hal yang paling sulit dalam penetapan garis sempadan sungai, dalam buku ini dijelaskan secara mendetail. Jika daerah ingin membuat Perda tentang Sempadan Sungai, maka buku ini menjelaskan langkah-langkahnya dan substansi yang harus ada pada Perda tersebut. Buku ini menjelaskan juga tentang tata urutan pembentukan Tim Penetapan Garis Sempadan Sungai (sebagaimana diamanatkan PP 38/2011), dan kerja tim tersebut sampai ketetapan sempadan diimplementasikan dan “patok” nyata garis sempadan dipasang dengan aman dan terpelihara.
Buku ini terinspirasi oleh kejadian banjir di Jakarta dan berbagai tempat di Indonesia yang berlangsung setiap tahun, dan ironisnya kekeringan mulai terjadi di berbagai tempat pada musim kemarau. Masyarakat umum mengerti bahwa penyebabnya ialah karena hujan. Namun, kita menyadari bahwa sebenarnya bukanlah hujan sebagai penyebab utama dari banjir, melainkan bagaimana kita mengelola air hujan yang turun di Daerah Aliran Sungai (DAS) selanjutnya mengalir ke hilir. Memang sebagian besar masyarakat kita tidak mengelola air hujan tersebut. Justru hampir di semua tempat dilakukan perbaikan drainase yang intinya secepat-cepatnya “mengatuskan” air genangan akibat hujan. Air hujan dibuatkan “jalur cepat” drainase konvensional mengalir ke hilir. Semakin baik drainase konvensional di suatu tempat, semakin besarlah kemungkinan banjir yang akan terjadi di bagian hilirnya, dan semakin besar kemungkinan terjadinya kekeringan di bagian hulunya saat musim kemarau.
Buku rekayasa fishway (tangga ikan) ini merupakan buku ilmu rekayasa interdisipliner antara bidang teknik sipil, lingkungan, biologi-ekologi, geografi dan perikanan. Para akademisi, praktis dan mahasiswa dari jurusan tersebut sangat membutuhkan buku ini. Buku ini dapat memberikan landasan berfikir dan landasan implementasi dalam menangani permasalahan berkurangnya populasi ikan di sungai dan wilayah perairan lainnya. Buku ini memberikan contoh konkrit bagaimana membuat tangga ikan.
Tangga ikan dimaksudkan sebagai elemen penting yang harus disediakan pada bangunan-bangunan melintang sungai misalnya bending, ground sill, bendungan, terjunan, dll. Yang berfungsi memberikan fasilitas jalan/tangga kepada ikan dan habitat aquatic lainyya untuk dapat melewati rintangan tersebut. Tangga ikan dapat didesain secara sederhana dengan parit kecil bangunan tangga, atau secara modern dengan bangunan lift naik turun.
Reformasi di bidang Sumber Daya Air sangat diperlukan mengingat adanya perubahan paradigma dalam pengelolaan sumber daya air seiring dengan perubahan iklim, hidrometeorolgi dan perilaku masyarakat. Marilah kita lihat satu per satu reformasi yang diperlukan agar kita tidak melakukan kesalahan dalam pengelolaan sumber daya air kedepan.
Penulis: Agus Maryono
Link sumber: https://ugmpress.ugm.ac.id/id/product/lingkungan/reformasi-pengelolaan-sumberdaya-air