INTISARI
Oleh: Asroful Abidin
Blotong merupakan salah satu limbah padat dari proses produksi gula yang secara karakteristik memiliki bau tidak sedap, berkadar air tinggi, dan sulit didaur ulang. Hydrothermal treatment merupakan konversi biomassa dengan proses termal yang memanfaatkan air sebagai pelarut, reaktan, dan juga autokatalis. Selain air, hydrothermal treatment juga dapat diaplikasikan dengan penambahan zeolit sebagai aditif yang berfungsi untuk meningkatkan kadar asam pada reaksi hidrolisis.
Pada penelitian ini membahas tentang pengaruh hydrothermal treatment untuk pengelolaan limbah biomassa blotong sebagai bahan bakar padat, baik tanpa penambahan zeolit maupun dengan penambahan zeolit. Variasi suhu yang digunakan adalah 180, 200, dan 220°C dengan rasio biomassa-air 1:5 dan residence time 60 menit.
Hasilnya menunjukkan bahwa proses hydrothermal treatment menghasilkan produk hydrochar yang tidak berbau, homogen, dan memiliki nilai kalor 7% di bawah batu bara lignit. Hydrochar tersebut memiliki kadar air (3,204-4,125%), abu (53,853-62,467%), volatil (22,968-30,984%), dan karbon terikat (11,039-12,514%). Selain hydrochar, juga terdapat produk cair yang mengandung unsur hara kalium dan fosfat sebesar 1200 dan 1790 ppm dan berpotensi untuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Katalis zeolit dapat menurunkan pH, kadar air, volatil, meningkatkan yield padatan, dan yield energi. Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa nilai NPV pada tahun ke sepuluh sebesar Rp 127.748.017,5 dengan BCR 1,04 dan PBP 4,63 tahun.
Kata kunci: perlakuan hidrotermal, biomassa, blotong, zeolit