Budi Nurcahyo
Indonesia merupakan salah satu negara besar yang terdiri dari banyak pulau–pulau; berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga disekitarnya; dan juga merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar di dunia. Seluruh kegiatan roda pemerintahan dijalankan di pusat Ibu Kota Negara Indonesia yang bertempat di DKI Jakarta. Keamanan dan ketahanan energi di DKI Jakarta merupakan salah satu sektor utama yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia demi kelancaran semua urusan administrasi negara. TNI dalam menjalankan tugasnya tentu harus didukung oleh sarana prasarana penunjang operasi di Markas Besar (Mabes) TNI, hal tersebut diperlukan agar ancaman atau situasi terburuk mengenai keamanan negara dapat diminimalkan bahkan dihindarkan. Ketahanan energi dalam Mabes TNI tentunya sangat berpengaruh terhadap permintaan dan kebutuhan energi sebagai penunjang sarana operasinya. Pada penelitian ini akan memperhitungkan kebutuhan Tower A dan Underground di Mabes TNI yang akan dibangun dengan perencanaan bangunan low energy. Analisa menggunakan LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning system) untuk memperkirakan permintaan dan kebutuhan energi lsitrik di Mabes TNI agar mengalami keseimbangan energi dari adanya penambahan sarana operasi.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui permintaan dan kebutuhan energi listrik di kawasan Provinsi DKI Jakarta untuk proyeksi tahun 2015 – 2050; menghitungnilaikonsumsienergiuntukpembangunan sarana penunjang operasi Tower A dan Underground di Mabes TNI Cilangkap; dan menghitung peluang penghematan dari tiap skenario yang ditentukan untuk pemakaian tahunan energy gedung. Proses tahapan penelitian ini dimulai dari mengurus perizinan dan dilanjutkan dengan survey langsung. Data-data primer dan sekunder diolah dengan memasukan berbagai varibel ke dalam software LEAP untuk mendapatkan data permintaan dan penyediaan energi di DKI Jakarta sampai tahun 2050. Data yang lain juga diolah dengan software EnergyPlus untuk mendapatkan analisa kebutuhan energi bangunan ruang Tower A dan Underground selama setahun.
Hasil penelitian ini adalah total energi yang harus disediakan sebesar 322.766.531,09 BOE. Pembangkit listrik di kawasan DKI Jakarta pada skenario KEN tahun 2050 hanya menghasilkan energi listrik sebesar 36.661.256,05 BOE dengan rugi – rugi pada transmisi distribusi energi listrik sebesar 1.727.248,28 BOE. Total permintaan energi dari berbagai sektor di kawasan DKI Jakarta sebesar 173.378.026,77 BOE pada tahun 2050.Nilai konsumsi energi untuk ruang Tower A sebesar 14.324,34 GJ selama setahu dengan nilai Intensitas Konsumsi energi sebesar 1.936,44 kWh/m2/tahun, sedangkan ruang Underground sebesar 3.950,09 GJ selama setahun dengan nilai Intensitas Konsumsi energi sebesar 1.067,99 kWh/m2/tahun. Berdasarkan skenario KEN peluang penghematan energi untuk pemakaian energi gedung selama setahun sebesar 10,08 %. Hal tersebut terjadi karena memaksimalkan semua potensi energi baru terbarukan dan seluruh sektor penggunaan energi telah menerapkan teknologi hemat energi secara optimal.
Kata Kunci: DKI Jakarta, EnergyPlus, LEAP, Markas Besar TNI, Manajemen Energi.