Analisis Teknoekonomi serta Dampak Lingkungan Penerapan PLTS Atap untuk Kawasan Industri Studi Kasus Kawasan Industri Pesawat Terbang PT. Dirgantara Indonesia
Ridwan Nurdin
Indonesia memiliki sumber daya energi baru terbarukan yang cukup melimpah, salah satunya adalah energi surya. Pemanfaatan energi surya khususnya PLTS atap untuk kawasan industri masih terbilang sedikit. Oleh karena itu tujuan dari perencanaan ini adalah untuk mengetahui rancangan sistem PLTS atap yang dapat dikembangkan di kawasan industri PT. Dirgantara Indonesia, serta untuk mengetahui estimasi nilai produksi energi, kelayakan teknis, kelayakan ekonomi dan dampak lingkungan dari penerapan PLTS atap di kawasan industri. Analisis ini diharapkan dapat menjadi benchmark untuk kawasan industri di daerah lain.
Teknologi PLTS atap yang akan digunakan adalah dengan memanfaatkan teknologi PLTS atap on-grid tanpa baterai di mana listrik hasil produksi PLTS akan dikoneksikan ke jaringan PT. PLN, sehingga jika ada kelebihan produksi energi dari PLTS akan diekspor ke jaringan PT. PLN. Potensi radiasi matahari, rancangan sistem, dan nilai produksi energi dari PLTS atap dilihat dan dimodelkan menggunakan perangkat lunak PV*SOL Trial Version. Dari aspek teknis, dibuat dua skenario untuk simulasi, di mana pada skenario 1, acuan daya PLTS atap yang akan dipasang menggunakan daya listrik terpasang kawasan, dan untuk skenario 2 menggunakan jumlah konsumsi energi listrik tahunan kawasan sebagai acuan seberapa besar daya PLTS atap yang harus dipasang untuk memenuhi 100 % kebutuhan energi listrik di kawasan tersebut. Dari aspek ekonomi, dihitung total biaya investasi, operasi, perawatan, dan perbaikan sistem, juga keuntungan bulanan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai break-even point. Dari aspek lingkungan, dilakukan perhitungan pengurangan emisi CO2 bila kawasan memanfaatkan PLTS atap, serta keuntungan lain berupa pengurangan carbon tax.
Hasil analisis menunjukan bahwa, dari aspek teknis, penerapan skenario 1 di kawasan, sistem PLTS atap dapat memenuhi kebutuhan energi listrik kawasan sebesar 40 %, dan jika skenario 2 yang diterapkan, untuk memenuhi 100 % kebutuhan energi listrik tahunan dibutuhkan PLTS atap dengan daya sebesar 14,7 MWp. Dari aspek ekonomis, nilai LCOE dan payback period sudah memenuhi standar, namun untuk NPV dan IRR masih kurang menarik jika dilihat dari sisi bisnis. Dari sisi dampak lingkungan, skenario 1 dan 2 dapat secara signifikan mengurangi emisi CO2 dan juga mengurangi carbon tax untuk kawasan ini.
Kata Kunci: Energi Terbarukan, on-grid, PLTS Atap, Kelayakan.