Sri Wahyu Ningsih, atau yang sering disapa Yuyun (mahasiswa Magister Teknik Sistem (MeTSi) angkatan 2024 gasal), mempresentasikan proposal risetnya dalam seminar proposal yang berlangsung pada pekan ini. Penelitiannya menyoroti ketahanan dan keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Kedungrong, sebuah inisiatif energi berbasis komunitas yang telah beroperasi sejak 2012 dan menjadi salah satu tulang punggung kebutuhan listrik masyarakat setempat.
Dengan kapasitas total 33 kiloWatt, PLTMH Kedungrong yang terletak di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo telah memberikan manfaat signifikan bagi warga, yakni menerangi sekitar 50 rumah tangga, serta mendukung berbagai usaha kecil seperti penjahitan, pengelasan, hingga produksi es kristal. Model energi komunitas yang mandiri ini terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Namun demikian, Sri Wahyu mengungkap bahwa operasional PLTMH masih menghadapi sejumlah tantangan yang berpotensi mengganggu keberlanjutan sistem energi tersebut. Beberapa kendala utama meliputi:
- Fluktuasi debit air, terutama saat musim kemarau yang menyebabkan penurunan kapasitas listrik.
- Keterbatasan teknisi lokal, sehingga perbaikan dan pemeliharaan sering bergantung pada pihak luar.
- Belum adanya standar dokumen teknis, termasuk prosedur operasi dan pemeliharaan yang baku.
- Partisipasi masyarakat yang belum merata, baik dalam pengelolaan maupun pengambilan keputusan.
Untuk menjawab tantangan tersebut, penelitian ini menggunakan kerangka ASEAN Energy Resilience Assessment (AERA), yang memungkinkan analisis komprehensif mengenai ancaman, risiko, kerentanan sosial ekonomi, serta kapasitas komunitas dalam menjaga ketahanan energi.
Melalui observasi lapangan, wawancara mendalam, serta Focus Group Discussion (FGD) bersama warga, pengelola PLTMH, akademisi, hingga Dinas ESDM, penelitian ini berupaya menyusun strategi penguatan resiliensi energi yang dapat diimplementasikan secara langsung oleh komunitas. Beberapa arah strategi yang menjadi fokus kajian meliputi:
- Penguatan tata kelola kelembagaan PLTMH.
- Peningkatan kapasitas teknis dan manajemen bagi SDM lokal.
- Perbaikan mekanisme pembiayaan berbasis komunitas.
- Penyusunan dokumen teknis dan SOP yang baku.
“Harapannya, penelitian ini bukan hanya menjadi dokumen akademik, tetapi juga membuka jalan bagi penguatan energi desa yang benar-benar berpihak pada masyarakat. PLTMH Kedungrong adalah bukti bahwa komunitas kecil memiliki kemampuan besar untuk mengelola energi secara mandiri, asal didukung dengan kebijakan, kapasitas, dan pendampingan yang tepat” Ungkap Yuyun.
Melalui hasil penelitian ini, diharapkan muncul strategi yang dapat membantu pengelola meningkatkan stabilitas layanan, memperkuat peran masyarakat, serta menumbuhkan kegiatan ekonomi baru yang mengandalkan listrik bersih dari mikrohidro. Lebih jauh lagi, semoga PLTMH Kedungrong dapat menjadi contoh bagi desa-desa lain di Indonesia bahwa transisi energi bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang memberdayakan manusia dan menjaga keberlanjutan hidup bersama.
ditulis oleh: Arham & Humas MeTSi