Fuad Pontoiyo
Dusun Muara Kopi dan Dusun Tumba merupakan daerah perbatasan Suaka Margasatwa Nantu. Kedua dusun ini belum teraliri jaringan listrik PLN dan beberapa rumah warga menggunakan pembangkit listrik tenaga surya tersebar jenis Solar Home System (SHS) sebagai penerangan sehari-hari. Berdasarkan survei yang dilakukan, permintaan energi listrik pada dua dusun tersebut berbeda, Untuk Dusun Muara Kopi, warga menginginkan listrik untuk mengaliri lahan pertanian dan untuk Dusun Tumba kebutuhan mendesak mereka adalah listrik untuk penerangan. Tujuan penelitian ini yakni untuk menganalisa potensi energi secara teknis yang berada pada dusun tersebut untuk digunakan sebagai pengairan dan penerangan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan warga.
Metode penelitian ini dengan melakukan analisis dari sisi potensi keberlanjutan sosial meliputi lapangan kerja, kualitas kehidupan dan masyarakat, tata guna produk, tata kelola sosial, potensi keberlanjutan ekonomi meliputi pembiayaan dan potensi keberlanjutan lingkungan meliputi polutan, efisiensi sumber daya, keanekaragaman hayati dan efek ekologis. Pemilihan jenis pembangkit melihat dan mempertimbangkan beberapa faktor yakni curah hujan dan potensi debit, dan radiasi penyinaran yang diperoleh dari data primer yakni pengukuran langsung debit sesaat dan data sekunder yakni curah hujan dari BMKG dan radiasi sinar matahari dari NASA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk Dusun Muara Kopi potensi pembangkit yang cocok yakni tenaga surya dengan penyinaran 5,14 kWh/m2/hari yang akan digunakan untuk membangkitkan Solar Water Pump System (SWPS) dengan daya pompa 630809,6 watt menggunakan modul 927661,11 Wp dan diperoleh potensi keberlanjutan teknis paling dominan 63,25% sedangkan potensi keberlanjutan lingkungan berada pada posisi paling rendah yakni 40,91%. Untuk Dusun Tumba kedua jenis pembangkit sangat cocok yakni PLTMH yang dapat dibangkitkan dengan debit sesaat 433,915 Kw dan PLTS dengan penyinaran 4,89 kWh/m2/hari yang dapat memenuhi 47 rumah warga dengan jumlah panel per warga 4 buah dan diperoleh potensi keberlanjutan ekonomi paling dominan 75% sedangkan potensi keberlanjutan sosial dengan posisi paling rendah 54,8%.
Kata kunci: PLTMH, PLTS, potensi keberlanjutan sosial, potensi keberlanjutan ekonomi, potensi keberlanjutan lingkungan, dusun muara kopi, dusun tumba