Rahma Nur Fitria
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mempunyai wacana untuk membangun moda transportasi yang ramah lingkungan dan berbasis green mobility berupa kereta gantung di obyek wisata yang saat ini sedang ramai, yaitu HeHa Sky View yang menghubungkan dengan The Manglung Resto yang terletak di Kecamatan Patuk sebagai upaya pengembangan potensi pariwisata. Banyaknya perusahaan produsen kereta gantung dengan berbagai kelemahan dan keunggulan masing-masing teknologi membuat perlu dilakukannya analisis teknologi kereta gantung seperti apa dan bagaimanakah yang paling tepat untuk diterapkan di Kabupaten Gunungkidul dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai tolak ukur harus mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan aspek lingkungan. Pada aspek teknis dan teknologi, kriteria yang digunakan adalah kualitas, spesifikasi mesin, maintenance, dan tingkat keamanan (safety). Pada aspek sosial budaya, kriteria yang digunakan adalah pengurangan kemiskinan, penyerapan lapangan kerja, dan pelestarian nilai-nilai budaya. Pada aspek ekonomi, kriteria yang digunakan adalah kontribusi terhadap PDRB, harga, pemanfaatan SDA sebagai daya tarik wisata, dan pemanfaatan sumber daya lokal. Pada aspek lingkungan, kriteria yang dipilih adalah pengurangan bahan baku fosil, pemeliharaan kondisi tanah dan batuan, dan industri berwawasan lingkungan. Hasil perhitungan dengan metode AHP menunjukkan bahwa teknologi yang terpilih adalah teknologi yang berasal dari China dengan merk BMHRI. Hasil analisis kelayakan investasi menunjukkan bahwa bisnis jasa kereta gantung ini layak dijalankan karena mempunyai nilai NPV yang positif yaitu Rp 4.781.793.893.24, IRR sebesar 14%, dan PB selama 5 tahun.
Kata kunci: Analytical Hierarchy Process, kereta gantung, green mobility, pengambilan keputusan, analisis kelayakan investasi.