Model Implementasi PLTS yang Ekonomis dan Estetis pada Gedung Pemerintah Daerah
Yunanto
Pembangunan berkelanjutan di bidang bangunan dipercaya dapat tercapai salah satunya dengan menerapkan green building. GBCI selaku pionir perkembangan green building di Indonesia telah mengeluarkan Greenship Rating Tools versi 1.2 untuk mengevaluasi gedung-gedung hijau baru. Penggunaan energi terbarukan pada gedung hijau didorong. Setiap 0.5% kebutuhan energi gedung yang dipenuhi oleh energi terbarukan, maka gedung akan mendapatkan satu poin, dengan maksimal poin 5. PLTS atap dikenal sebagai salah satu instalasi sistem energi terbarukan. Banyak gedung pemerintahan yang menerapkan prinsip gedung hijau menggunakan PLTS atap sebagai sumber energi alternatif. Penting untuk dapat menentukan kapasitas ideal dari PLTS agar biaya investasinya tidak terlalu besar. Penelitian ini telah menghasilkan sebuah metode yang menyarankan daripada memaksimalkan kapasitas sistem PLTS, ada cara lain yang fokusnya adalah hanya untuk mendapatkan poin maksimum di subkriteria pemanfaatan energi baru dan terbarukan sehingga bias menurunkan jumlah biaya investasi. Metode ini digunakan dalam studi kasus untuk rancangan KGPT Wonogiri dan dapat mengurangi kapasitas PLTS secara rata-rata di angka 67% di 7 gedung yang merupakan bagian dari KGPT Wonogiri. Pemilihan skema koneksi dengan jaringan listrik negar juga dibahas untuk menentukan penggunaan full on-grid atau zero export. Analisis perbedaan perfoma inverter terpusat dan inverter microgrid telah dilakukan dan hasilnya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan. Analisis sederhana menyampaikan bahwa semakin besar kapasitas sistem PLTS, maka nilai PP juga akan semakin kecil. Pemasangan panel surya dapat meningkatkan estetika gedung. Pendekatan model implementasi PLTS pada gedung pemerintah kabupaten telah disusun.
Kata kunci: gedung hijau, PLTS atap, kapasitas PLTS, zero export, inverter, PP, aspek estetika