Evaluasi Pemilihan Teknologi Co-firing Biomassa Pada PLTU Batu bara dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus: PLTU Suralaya Cilegon Banten)
Irwan Aufi
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang sampai saat ini masih memanfaatkan energi fosil berupa batu bara. Batu bara merupakan energi fosil yang digunakan untuk menopang ketahanan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga uap. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mendorong energi baru terbarukan dan memangkas penggunaan sumber energi fosil. Biomassa merupakan sumber energi baru dan terbarukan yang saat ini digunakan untuk campuran pembakaran dengan batu bara menggunakan teknologi co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap. Co- firing merupakan teknologi energi baru dan terbarukan berbasis biomassa yang mudah dan menarik untuk diaplikasikan secara konsep pembakaran bersama batu bara dengan biomassa dalam boiler pembangkit listrik.
Dewasa ini terdapat tiga jenis teknologi co-firing yaitu direct co-firing, indirect co- firing dan parallel co-firing. Selama ini, pembangkit listrik tenaga uap di Indonesia salah satunya PLTU Suralaya menggunakan jenis teknologi direct co-firing karena dianggap paling mudah, biaya investasi yang murah dan juga minim terhadap penyediaan sarana pendukungnya dimana proses pencampurannya dilakukan pada sarana fuel handling yang terdapat pada fasilitas PLTU Suralaya. Namun, teknologi co-firing yang digunakan PLTU Suralaya saat ini menimbulkan sejumlah risiko dan permasalahan pada area kerja teknis dan non teknis. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terkait apakah teknologi co-firing yang saat ini digunakan PLTU Suralaya sudah tepat terlepas dari risiko atau permasalahan yang ada dengan menganalisis faktor atau kriteria yang tersedia menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP digunakan untuk pembobotan kriteria dan sub kriteria, serta uji konsistensi terhadap matriks perbandingan berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria utama yang paling signifikan adalah ekonomi (0,4383), lingkungan (0,3024), teknis (0,1904) dan sosial (0,0689). Alternatif teknologi co-firing yang memang paling tepat digunakan PLTU Suralaya saat ini yaitu direct co-firing (0,7080) diikuti oleh indirect co-firing (0,1753) dan parallel co-firing (0,1165).
Kata Kunci: PLTU Suralaya, Teknologi Co-firing, Direct Co-firing, Indirect Co- firing, Parallel Co-firing, Analytical Hierarchy Process.