INTISARI
Oleh: Angata Rismana
Sektor transportasi merupakan sektor yang memiliki proporsi konsumsi energi terbesar kedua di Indonesia setelah sektor rumah tangga. Berdasarkan Indonesia Energy Outlook 2017, prosentase konsumsi energi sektor transportasi mencapai 31% dari total kebutuhan dan meningkat 5,2% per tahunnya dalam kurun waktu 2010-2015. Selain untuk menekan populasi kendaraan pribadi di Kota Yogyakarta, perbaikan sistem transportasi akan berdampak pada pengurangan konsumsi energi pada sektor transportasi dan pada akhirnya dapat menurunkan tingkat polusi dari kendaraan bermotor. Cara selanjutnya yang dapat ditempuh adalah dengan penggunaan bus berbasis listrik. Untuk mengurangi konsumsi energi total dan meningkatkan efisiensi, bus listrik memiliki sistem yang dapat menyerap rugi-rugi energi kinetik terbuang yang disebut regenerative braking system (RBS).
Penelitian ini melakukan analisis gaya mekanik terhadap potensi penghematan energi yang dapat diserap kembali melalui RBS. Dalam simulasi penggunaan bus listrik dipilih tiga jalur yang mewakili variasi kedaan jalur umum di Kota Yogyakarta, yaitu jalur Trans Jogja 1B, 3B dan 6A. Ketiga jalur diambil parameter berkendaranya di dua kondisi, saat lengang dan padat.
Hasil penelitian menunjukkan siklus data berkendara Trans Jogja jalur 1B, 3B dan 6B melakukan jumlah hentian yang memiliki perbedaan signifikan antara lengang dan padat yaitu 46, 51, 18 kali hentian; dan 77, 95, 29 kali hentian. Besar gaya yang bekerja pada bus sebesar 80.144.807 Joule, 115.468.497 Joule, 35.898.857 Joule; dan 54.608.837 Joule, 96.980.946 Joule, dan 32.159.348 Joule. Prosentase potensi penghematan energi yang dapat diserap kembali melaui RBS sebesar 17,93%, 19,31%, 18,00%; dan 18,34%, 19,75%, 18,19%. Sedangkan pada simulasi bus listrik besar prosentase penghematan energi dari RBS sebesar 18,53%, 19,94% 18,73%; dan 18,79%, 20,27%, 18,85%.
Kata kunci: bus listrik, bus ICE, konsumsi energi, potensi penghematan energi