Analisis Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik di Daerah Istimewa Yogyakarta
Feikal Aprieza
Pandemi COVID-19 yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pandemi global pada tahun 2020 telah mendorong Pemerintah Indonesia untuk memberlakukan kebijakan penanggulangan pandemi di berbagai provinsi. Kebijakan penanganan COVID-19 yang berupaya membatasi pergerakan masyarakat selama pandemi telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap permintaan energi listrik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pergeseran pola konsumsi listrik masyarakat dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi sektor-sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang banyak mengalami kontraksi setelah menurunnya mobilitas masyarakat. Pengambilan keputusan dalam perencanaan energi listrik perlu ditinjau ulang dengan memperhitungkan dampak dari pandemi COVID-19 dan realisasi pemulihan ekonomi. Proyeksi kebutuhan energi listrik diperlukan dalam rangka menganalisis dampak dari pandemi COVID-19 dengan menerapkan tiga skenario, yaitu skenario tanpa terjadinya pandemi atau Business As Usual (BAU), skenario keadaan moderat (MOD) setelah pandemi, dan skenario keadaan optimis (OPT) berupa pemulihan ekonomi. Sektor kelistrikan rumah tangga, industri, bisnis, sosial dan publik juga dianalisis untuk melihat perubahan pola konsumsi listrik melalui skenario yang telah diberikan. Pemodelan energinya dilakukan menggunakan perangkat lunak Low Emissions Analysis Platform (LEAP) untuk menganalisis proyeksi kebutuhan energi listrik periode tahun 2019-2030 berdasarkan tiga skenario tersebut. Hasil proyeksinya menunjukkan bahwa kebutuhan energi listrik pada tahun 2030 menurut skenario BAU, skenario MOD dan skenario OPT masing-masing mencapai 5.301,58 GWh, 4.489,11 GWh dan 4.648,12 GWh. Kebutuhan energi listrik sektor rumah tangga dan sektor industri menurut skenario MOD dan OPT menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan skenario BAU, sedangkan kebutuhan energi listrik pada sektor bisnis dan sektor sosial menurut kedua skenario tersebut menjadi lebih rendah daripada skenario BAU. Pada sektor publik, skenario MOD menunjukkan kebutuhan energi yang lebih rendah dibandingkan skenario BAU, namun skenario OPT menunjukkan sebaliknya.
Kata Kunci: Energi Listrik, Peramalan, Kebutuhan Energi, COVID-19, Pemulihan Ekonomi